Trend Menulis, Koran dan Kemiskinan

kompas3_1Dari Lomba Penulisan yang diadakan Impact. Kendati saya hanya berhasil menempati peringkat V atawa juara harapan II. Namun, dari sini saya mengira bahwa, menulis sepertinya bisa menjadi sebuah ladang untuk melepaskan manusia dari kemiskinan.

Memang kita akui, dan saya sendiri sangat bisa merasakan, bukan pekerjaan mudah untuk bisa mendudukkan sebuah karya tulis bisa diterima oleh mereka pemegang ‘otoritas’ dunia kepenulisan. Katakanlah media massa yang memang sudah punya kelas lebih dibandingkan dengan media lainnya. Di Indonesia, sebut saja Kompas atau Republika. Untuk bisa menembus kedua koran tersebut diakui oleh banyak ‘pencoba’ kegiatan menulis sebagai pilihan hidup nyaris didera frustasi. Meski mereka kemudian bisa munculkan keunikan, dalam arti mereka kemudian bisa keluarkan buku dari tulisan mereka sendiri tetapi mereka tidak berkesempatan untuk menyaksikan tulisan-tulisannya di koran sekaliber Kompas, republika atau Tempo–Saya lebih melihat 3 koran tersebut cukup mempu meng-highlight diri sehingga sangat diminati dan sering dijadikan referensi–.

Ketiga koran itu bisa disebut sebagai koran kaya, seperti halnya beberapa koran lain seperti Sindo, Jawapos dsb.

Sering terjadi semua koran tersebut lebih mampu untuk membayar penulis yang mau berkontribusi untuk content media mereka. Hanya saja, tentu tempo koranbukan hal mudah untuk menembus media-media itu. Terkadang, saya berpikir, andai saja menyediakan ruang-ruang khusus untuk penulis-penulis yang berlatar belakang ekonomi rendah, mungkin sedikitnya mereka bisa lebih antusias belajar menulis, memperkaya dunia kepenulisan nusantara, dan bagi penulis itu sendiri lebih terbuka kesempatan agar dapurnya bisa tetap mengepul. Entahlah

Leave a comment