Mengajak Teroris Tertawa

Gbr:pertapan.com

Gbr:pertapan.com

Setiap kali saya mendengar isu soal teroris mencuat. Sebagai manusia lumrahnya, yang seketika berkelebat di pikiran adalah bayangan makhluk Tuhan yang sangat tidak seksi. Yang terbayang adalah sosok yang berwajah sangar dan matanya penuh dengan cahaya ingin membunuh.

Cuman, saya juga harus ceritakan kekonyolan yang kerap pula timbul di pikiran saya sendiri. Iya, kan kekonyolan itu tidak mesti yang terlihat saja. Namun, yang tidak terlihat seperti halnya pikiran, sah-sah saja juga kalau ingin disandingkan dalam daftar kelaikan kekonyolan (maaf kalau kalimatnya kurang tepat).

Artinya, saya memang sering biasakan diri untuk melihat dari hal-hal sederhana saja. Misal saja, membayangkan seperti apa kalau misal teroris itu tertawa terpingkal seperti umumnya kita yang kencing diam-diam saat melihat sesuatu yang lucu, atau apapun yang mengundang tawa. Persoalannya tidak mudah untuk mendeteksi, kira-kira apa yang bisa membuat teroris tersebut tertawa, ya?

Mencoba mencari-cari alasan. Sepertinya soal tawa ini bukan persoalan sederhana, lho. Alasan saya, jika ini bisa ditemukan, kemudian teroris terbiasa tertawa efek positifnya, jika ia memang baru sebatas berniat untuk melakukan teror. Maka, dengan tawa ia bisa pelan-pelan waras kembali. Lho, memang teroris itu tidak waras?

Tidak apa-apa ya kalau tulisan saya ini agak ngalor-ngidul sedikit? Pasti tidak apa-apa. Karena tulisan saya ini berani saya jamin tidak akan membuat Anda mengalami gangguan janin, impotensi, gagal jantung seperti di bungkus rokok. Kalau gagal kuliah mungkin saja kalau misal Anda hanya membaca tulisan saya sedang keesokan harinya, misal, Anda harus berhadapan dengan ujian kalkulus. Apalagi kalau sampai Anda adalah mahasiswa, dan sepanjang semester hanya membaca tulisan saya ini secara berulang-ulang. Pilihan itu tidak hanya akan membuat Anda gagal ujian, tetapi Anda juga akan mengalami diabetes, anemia, kanker dan tumor (lho?).

Yak, mari mengajak teroris tertawa. Nah, kalau saya ditanyakan apa kira-kira konsep yang bisa ditawarkan untuk membuat teroris bisa kembali berubah menjadi orang baik-baik saja? Maka, saya dengan keterbatasan kecerdasan saya akan menjawab, ajak saja mereka ketawa. Atau setidaknya cari cara untuk mereka bisa tertawa. Jika tidak bisa, ajarkan pada Densus 88 untuk melakukan operasinya dengan sandi operasi: Tawa Laba. Maksudnya, mereka boleh saja datang ke lokasi operasi dengan membawa senapan kaliber berat atau apa saja. Namun, saat bertemu dengan teroris yang barangkali sedang merakit bom, tertawa saja sekeras-kerasnya di depan mereka. Jangan lupa, kalau misal sedang merasakan perut kembung. Coba juga untuk mengeluarkan angin dengan suara setara dengan TNT. Ini akan membuat mereka kecut dan berpikir seribu kali, kentutnya saja sudah demikian keras, apalagi senjatanya.

Jadi ini saya kira konsep setengah matang yang bisa saya tawarkan untuk memberantas terorisme di Indonesia. Dan, ini sama sekali belum pernah melalui serangkaian penelitian yang layak dipercaya. Untuk itu, jangan percaya ini, tetapi tertawa sajalah.

Leave a comment